Oleh: Iman Zuhair
Kedokteran modern mulai kembali ke tanaman untuk proses penyembuhan setelah sebelumnya banyak menggunakan bahan-bahan kimia yang belum dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam proses pengobatan. Maka, pandangan banyak orang mulai tertuju pada metode pengobatan dan nasihat-nasihat yang bersumber dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang cara-cara makan dan mengobati sakit.
Barat telah memulai langkah-langkah ini sebelum orang Arab dan kaum muslimin melangkah. Para ilmuwan barat mulai memperhatikan ilmu kedokteran pencegahan dan pengobatan dengan menggunakan makanan, dan mereka memberikan perhatian khusus kepada apa-apa yang ada dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, yang menunjuk pada masalah-masalah humaniora / kemanusiaan dan memiliki kebaikan yang banyak dalam berbagai hal hingga pada makanan dan minuman mereka.
Kebiasaan Makan dan Metode Pencegahan Dari Berbagai Macam Penyakit ala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Adalah Suatu Mukjizat Ilahiyyah.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika bangun dari tidurnya dan selesai menunaikan shalat dan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan meminum segelas air yang dicampur dengan sesendok madu dan diaduk dengan merata. Oleh karena itu, hendaklah kita meminum madu!
Ilmu kedokteran modern telah menemukan bahwa meminum madu akan dapat meningkatkan kemampuan alat pencernaan untuk bekerja lebih sempurna ketika memutar makanan yang ada di usus. Hal ini terjadi setelah usus memproses madu yang masuk sebagaimana halnya makanan yang sempurna, karena madu mengandung unsur-unsur glukosa yang dapat langsung diserap dan tidak hanya sekedar lewat di dalam pencernaan. Dari sini akan terbentuk susunan senyawa baru yang diberi nama Adonzen 2/3 Fosfat, yaitu senyawa yang digunakan untuk membakar / memberikan energi otot.
Sarapan Pagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Setelah meminum segelas air yang telah dicampur dengan madu, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersandar sesaat. Dan setelah ibadah, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ber-tafakkur (merenung) tentang ibadah dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah mendirikan shalat Dhuha, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memakan tujuh butir kurma kering yang dicelupkan ke dalam segelas air susu sebagaimana yang diriwayatkan dari beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam oleh Abu Nu’aim dan Abu Daud, bahwa beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membatasi dengan seteguk air susu dan 7 butir kurma kering, sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam : "Barangsiapa memasuki pagi hari dengan 7 butir kurma kering, maka dia tidak akan terkena racun dan sihir". Sebuah bukti ilmiah menunjukkan kebenaran hal ini, bahwa di sana ada enzim yang jumlahnya meningkat dalam kondisi keracunan. Dan ketika mengkonsumsi 7 butir kurma kering setiap hari selama sebulan, kita akan mendapati bahwa enzim ini mulai berkurang dan kembali kepada kondisi normal.
Suatu kenyataan yang juga dibenarkan oleh ilmu kedokteran modern sehubungan dengan konsumsi 7 butir kurma kering adalah meningkatnya kemampuan penglihatan dan pendengaran, serta menjauhkan dari bahaya-bahaya yang akan datang kemudian. Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Al-Malik Abdul Aziz di Jeddah dan Universitas Cairo menunjukkan kebenaran masalah ini. Oleh karena itu, para pekerja yang bekerja dengan bahan-bahan tambang, atau timah hitam, atau dengan bahan-bahan yang mengandung racun, atau pekerja yang banyak terpapar racun, ketika mereka rutin setiap hari mengkonsumsi 7 butir kurma kering, maka kebiasaan tersebut dapat menjaga para pekerja dari efek lebih lanjut akibat terpapar bahan-bahan beracun tersebut. Hal inilah yang diungkapkan oleh seorang ilmuwan Yahudi Andrea Well, yang mengumumkan keislamannya setelah penelitian ini. Penelitian yang ia lakukan dengan judul "Sab’u Tamraat Kaafiyah / 7 Butir Kurma Kering Cukup", menyimpulkan bahwa 7 butir kurma kering yang dikonsumsi rutin setiap hari dapat mengobati keracunan, dan ia memberikan nasehat kepada semua negara yang memerangi keracunan untuk mengkonsumsi 7 butir kurma kering rutin setiap hari.
Makan Siang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Setelah sarapan sekali di pagi hari, maka beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak makan hingga selesai shalat Ashar. Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengambil sesendok makanan minyak zaitun yang dicampur dengan dua tetes cuka dan potongan roti gandum, yaitu kira-kira seukuran genggaman tangan. Hal ini dikarenakan Allah Subhanahu wa Ta’ala pernah berfirman: "…minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api…" (An Nuur : 35). Pengetahuan modern telah menemukan bahwa banyak dari penyakit kanker, seperti kanker tulang, yang menggunakan minyak zaitun untuk proses penyembuhannya. Hal ini seperti yang pernah Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan tentang minyak zaitun: "…pemakan makanan bagi orang-orang yang makan" (An Nuur : 20), dan kalimat sibghun berarti mewarnai seluruh jasad atau ia memiliki sifat mewarnai. Kedokteran modern menguatkan hal ini dan menemukan bahwa minyak zaitun terdiri dari asam lemak yang tidak mengenyangkan. Oleh karena itu, ilmuwan Andrea Well mengatakan bahwa hal ini didapatkan melalui suatu eksperimen, di mana minyak zaitun dapat melelehkan lemak. Ini adalah takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Minyak zaitun dapat menjaga seseorang dari pengerasan pembuluh darah, yaitu penyakit yang menyerang otak dan ingatan. Minyak zaitun akan masuk sedikit demi sedikit ke sel yang terserang kanker, menyembuhkannya dan mempengaruhinya, di mana ilmuwan Andrea Well mengatakan karakteristik kanker adalah menyebar antara sel tubuh yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini minyak zaitun mempersempit wilayah penyebaran kanker dan menjaga jarak antara sel tubuh dengan yang lain.
Ditemukan pula bahwa minyak zaitun dan cuka ibarat kendaraan yang melelehkan lemak yang sangat padat, di mana akan memberikan minyak kepada pembuluh darah yang telah mengeras. Oleh karena itu, para ilmuwan berpendapat bahwa minyak zaitun dan cuka mem-buldozer pembuluh darah, karena ia membersihkan pembuluh darah dari lemak yang sangat padat, yang dapat menyebabkan mengerasnya pembuluh darah.
Makan Malam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Selesai mendirikan shalat Isya, shalat nawafil (sunnah), kemudian witir dan sebelum mendirikan shalat malam, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan makan malam, yaitu susu kental dengan potongan roti gandum. Pengetahuan modern telah membuktikan bahwa mengkonsumsi segelas susu kental ketika makan malam akan dapat membersihkan sisa makanan yang masih tersisa di usus besar, kemudian ia akan menguraikan sisa makanan tersebut menjadi susunan yang lebih sederhana dan kecil hingga akhirnya memudahkan sisa makanan dan vitamin yang terkandung di dalamnya diserap.
Mengkonsumsi susu kental ketika makan malam akan mengistirahatkan pencernaan dan tidak menyebabkan lambung tidak terisi. Hal ini dikuatkan oleh sebuah studi ilmu kedokteran yang dilakukan oleh Doktor Abdul Basith Sayyid Muhammad dalam sebuah tulisannya yang berjudul "Al Isytisyfaa’ Bi Tho’aamin Nabiy / Berobat Dengan Cara Diet Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam". Di mana pada tulisannya ini ditunjukkan bahwa makanan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki dua sisi manfaat. Yang pertama adalah dari sisi nilai makanan, di mana makanan dapat menguatkan jasmani. Dan yang kedua adalah dari sisi pencegahan terhadap penyakit, di mana metode diet / makan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan mukjizat ilahi. Ini semua adalah pilihan Rabb alam semesta untuk dikonsumsi oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, pemimpin segenap makkluk. Ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam teladan yang baik bagi kalian semua". (AZ
Kedokteran modern mulai kembali ke tanaman untuk proses penyembuhan setelah sebelumnya banyak menggunakan bahan-bahan kimia yang belum dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam proses pengobatan. Maka, pandangan banyak orang mulai tertuju pada metode pengobatan dan nasihat-nasihat yang bersumber dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang cara-cara makan dan mengobati sakit.
Barat telah memulai langkah-langkah ini sebelum orang Arab dan kaum muslimin melangkah. Para ilmuwan barat mulai memperhatikan ilmu kedokteran pencegahan dan pengobatan dengan menggunakan makanan, dan mereka memberikan perhatian khusus kepada apa-apa yang ada dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, yang menunjuk pada masalah-masalah humaniora / kemanusiaan dan memiliki kebaikan yang banyak dalam berbagai hal hingga pada makanan dan minuman mereka.
Kebiasaan Makan dan Metode Pencegahan Dari Berbagai Macam Penyakit ala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Adalah Suatu Mukjizat Ilahiyyah.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika bangun dari tidurnya dan selesai menunaikan shalat dan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan meminum segelas air yang dicampur dengan sesendok madu dan diaduk dengan merata. Oleh karena itu, hendaklah kita meminum madu!
Ilmu kedokteran modern telah menemukan bahwa meminum madu akan dapat meningkatkan kemampuan alat pencernaan untuk bekerja lebih sempurna ketika memutar makanan yang ada di usus. Hal ini terjadi setelah usus memproses madu yang masuk sebagaimana halnya makanan yang sempurna, karena madu mengandung unsur-unsur glukosa yang dapat langsung diserap dan tidak hanya sekedar lewat di dalam pencernaan. Dari sini akan terbentuk susunan senyawa baru yang diberi nama Adonzen 2/3 Fosfat, yaitu senyawa yang digunakan untuk membakar / memberikan energi otot.
Sarapan Pagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Setelah meminum segelas air yang telah dicampur dengan madu, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersandar sesaat. Dan setelah ibadah, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ber-tafakkur (merenung) tentang ibadah dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah mendirikan shalat Dhuha, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memakan tujuh butir kurma kering yang dicelupkan ke dalam segelas air susu sebagaimana yang diriwayatkan dari beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam oleh Abu Nu’aim dan Abu Daud, bahwa beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membatasi dengan seteguk air susu dan 7 butir kurma kering, sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam : "Barangsiapa memasuki pagi hari dengan 7 butir kurma kering, maka dia tidak akan terkena racun dan sihir". Sebuah bukti ilmiah menunjukkan kebenaran hal ini, bahwa di sana ada enzim yang jumlahnya meningkat dalam kondisi keracunan. Dan ketika mengkonsumsi 7 butir kurma kering setiap hari selama sebulan, kita akan mendapati bahwa enzim ini mulai berkurang dan kembali kepada kondisi normal.
Suatu kenyataan yang juga dibenarkan oleh ilmu kedokteran modern sehubungan dengan konsumsi 7 butir kurma kering adalah meningkatnya kemampuan penglihatan dan pendengaran, serta menjauhkan dari bahaya-bahaya yang akan datang kemudian. Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Al-Malik Abdul Aziz di Jeddah dan Universitas Cairo menunjukkan kebenaran masalah ini. Oleh karena itu, para pekerja yang bekerja dengan bahan-bahan tambang, atau timah hitam, atau dengan bahan-bahan yang mengandung racun, atau pekerja yang banyak terpapar racun, ketika mereka rutin setiap hari mengkonsumsi 7 butir kurma kering, maka kebiasaan tersebut dapat menjaga para pekerja dari efek lebih lanjut akibat terpapar bahan-bahan beracun tersebut. Hal inilah yang diungkapkan oleh seorang ilmuwan Yahudi Andrea Well, yang mengumumkan keislamannya setelah penelitian ini. Penelitian yang ia lakukan dengan judul "Sab’u Tamraat Kaafiyah / 7 Butir Kurma Kering Cukup", menyimpulkan bahwa 7 butir kurma kering yang dikonsumsi rutin setiap hari dapat mengobati keracunan, dan ia memberikan nasehat kepada semua negara yang memerangi keracunan untuk mengkonsumsi 7 butir kurma kering rutin setiap hari.
Makan Siang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Setelah sarapan sekali di pagi hari, maka beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak makan hingga selesai shalat Ashar. Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengambil sesendok makanan minyak zaitun yang dicampur dengan dua tetes cuka dan potongan roti gandum, yaitu kira-kira seukuran genggaman tangan. Hal ini dikarenakan Allah Subhanahu wa Ta’ala pernah berfirman: "…minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api…" (An Nuur : 35). Pengetahuan modern telah menemukan bahwa banyak dari penyakit kanker, seperti kanker tulang, yang menggunakan minyak zaitun untuk proses penyembuhannya. Hal ini seperti yang pernah Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan tentang minyak zaitun: "…pemakan makanan bagi orang-orang yang makan" (An Nuur : 20), dan kalimat sibghun berarti mewarnai seluruh jasad atau ia memiliki sifat mewarnai. Kedokteran modern menguatkan hal ini dan menemukan bahwa minyak zaitun terdiri dari asam lemak yang tidak mengenyangkan. Oleh karena itu, ilmuwan Andrea Well mengatakan bahwa hal ini didapatkan melalui suatu eksperimen, di mana minyak zaitun dapat melelehkan lemak. Ini adalah takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Minyak zaitun dapat menjaga seseorang dari pengerasan pembuluh darah, yaitu penyakit yang menyerang otak dan ingatan. Minyak zaitun akan masuk sedikit demi sedikit ke sel yang terserang kanker, menyembuhkannya dan mempengaruhinya, di mana ilmuwan Andrea Well mengatakan karakteristik kanker adalah menyebar antara sel tubuh yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini minyak zaitun mempersempit wilayah penyebaran kanker dan menjaga jarak antara sel tubuh dengan yang lain.
Ditemukan pula bahwa minyak zaitun dan cuka ibarat kendaraan yang melelehkan lemak yang sangat padat, di mana akan memberikan minyak kepada pembuluh darah yang telah mengeras. Oleh karena itu, para ilmuwan berpendapat bahwa minyak zaitun dan cuka mem-buldozer pembuluh darah, karena ia membersihkan pembuluh darah dari lemak yang sangat padat, yang dapat menyebabkan mengerasnya pembuluh darah.
Makan Malam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Selesai mendirikan shalat Isya, shalat nawafil (sunnah), kemudian witir dan sebelum mendirikan shalat malam, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan makan malam, yaitu susu kental dengan potongan roti gandum. Pengetahuan modern telah membuktikan bahwa mengkonsumsi segelas susu kental ketika makan malam akan dapat membersihkan sisa makanan yang masih tersisa di usus besar, kemudian ia akan menguraikan sisa makanan tersebut menjadi susunan yang lebih sederhana dan kecil hingga akhirnya memudahkan sisa makanan dan vitamin yang terkandung di dalamnya diserap.
Mengkonsumsi susu kental ketika makan malam akan mengistirahatkan pencernaan dan tidak menyebabkan lambung tidak terisi. Hal ini dikuatkan oleh sebuah studi ilmu kedokteran yang dilakukan oleh Doktor Abdul Basith Sayyid Muhammad dalam sebuah tulisannya yang berjudul "Al Isytisyfaa’ Bi Tho’aamin Nabiy / Berobat Dengan Cara Diet Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam". Di mana pada tulisannya ini ditunjukkan bahwa makanan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki dua sisi manfaat. Yang pertama adalah dari sisi nilai makanan, di mana makanan dapat menguatkan jasmani. Dan yang kedua adalah dari sisi pencegahan terhadap penyakit, di mana metode diet / makan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan mukjizat ilahi. Ini semua adalah pilihan Rabb alam semesta untuk dikonsumsi oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, pemimpin segenap makkluk. Ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam teladan yang baik bagi kalian semua". (AZ